Mudik 2018 : The Power of Briefing

Masih dalam rangka Training Belajar Blogging, kali ini tugasnya adalah membuat artikel tentang travelling dan parenting. Karena belum punya ide menulis tentang travelling, jadi saya putuskan menulis artikel parenting bertema travelling. Hihi.

Jujur saja, sejak 2 tahun yang lalu setelah saya melahirkan anak ketiga, kami sekeluarga belum melakukan travelling lagi selain pulang kampung. Selain karena travelling dengan membawa batita masih agak menantang, putri pertama kami sudah mulai masuk SD sehingga kami mulai membatasi izin di hari sekolah. Sementara saat liburan sekolah, kami lebih memilih untuk mengunjungi orang tua kami di Tegal dan Jogjakarta.

Bisa ditebak ya.. travelling teranyar keluarga kami adalah perjalanan pulang kampung menjelang lebaran yang lalu. Yeaayyyy.. Karena pulang kampung hanya dua kali setahun, pastinya anak-anak sangat excited sekali menyambutnya. Bayangan bertemu dengan kakek, nenek terutama sepupu-sepupunya membuat mereka tidak sabar menghitung hari H perjalanan. Bahkan mereka mengepak segala perlengkapan mereka sendiri seperti pakaian, buku, mainan dan makanan. Sebaliknya, bagi saya rencana perjalanan pulang kampung mengendarai mobil selama 5-7 jam merupakan tantangan sendiri. Saya membayangkan setiap 5 menit sekali anak-anak akan bertanya "are we there yet?"; "berapa menit lagi sampai?" dan sebagainya, seperti biasanya. Lalu kemungkinan akan ada perebutan kekuasaan alias tempat duduk, pertengkaran kecil dan kehebohan lainnya. Hehe. Perjalanan tahun ini pun cukup berbeda karena kami akan berangkat dari Jakarta ke kampung saya di Tegal, lalu setelah istirahat sehari, keesokannya kami akan langsung menuju kampung halaman suami di Jogjakarta. Rencananya memang kami akan menghabiskan Ramadhan dan menikmati Idul Fitri di Jogja baru kemudian kembali lagi ke Tegal pada H+4. Agak membuat grogi karena sebisa mungkin harus menjaga kondisi badan anak-anak sehat sehingga perjalanan akan nyaman. Karenanya saya mulai melakukan banyak persiapan ini itu.

Alhamdulillah saya diingatkan oleh seorang sahabat sholihah saya, bahwa ada hal lain yang harus disiapkan untuk bekal perjalanan selain segala yang bersifat fisik. 

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari no. 1804 dan Muslim no. 1927).
Berbekal hadist tersebut, beberapa hari sebelum perjalanan mudik saya melakukan briefing pada anak-anak. Saya mempelajari briefing ini dari buku The Secret of Enlightening Parenting yang ditulis oleh mbak Okina Fitriani (Semoga next time saya memiliki kesempatan untuk menulis review bukunya). Briefing dimulai dari menjelaskan mengapa sampai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa safar atau perjalanan adalah bagian dari adzab. Saya ceritakan bahwa dalam perjalanan baik singkat ataupun panjang mungkin akan ada rasa lelah, bosan, lapar, pusing, tidak nyaman dan lainnya. Lalu saya dan anak-anak melakukan semacam trial suasana di dalam mobil. Saya tanya kakak mau duduk di mana, adek di mana, kondisi apa yang memperbolehkan mereka berpindah tempat duduk, sampai apa yang akan mereka lakukan dalam 5-7 jam atau mungkin lebih jika kondisi macet. Saya beri pemahaman bahwa 5 jam itu kira-kira seperti jarak antara bel masuk sekolah dan adzan dhuhur dan 7 jam berarti sampai jam kakak pulang sekolah. Dari situ mereka bisa membayangkan ternyata 5-7 jam itu cukup lama, jadi kami membuat kesepakatan bahwa kurang lebih 2 jam pertama mereka akan tidur. Karena kami akan melakukan perjalanan sekitar jam 6 pagi dan kemungkinan mereka akan sudah bangun sejak sahur jadi mereka memperkirakan saat berangkat itu mereka sudah mulai mengantuk dan memang akan lebih nyaman tidur saat matahari belum terlalu tinggi. Setelah tidur, saya akan memperbolehkan mereka makan snack karena saya juga jelaskan bahwa Allah memberi keringanan bagi orang yang sedang safar untuk tidak berpuasa. Saat diberitahu, anak-anak langsung melonjak gembira, katanya sudah kangen makan snack di mobil. hehehe. Berbeda saat akan berangkat ke Jogja, mereka meminta untuk tidur sekitar pukul 9 karena perjalanan Tegal-Jogja memakan waktu lebih lama dibanding Jakarta-Tegal.



Selanjutnya kami membuat kesepakatan lagi apa yang akan kami lakukan setelahnya. Anak-anak akan membawa beberapa mainan yang bisa dimainkan di mobil seperti boneka, teropong, activity book dan sebagainya. Mereka juga menawar untuk diperbolehkan menonton film di tab. Saya memperbolehkannya dengan catatan hanya 1 film anak-anak dan tab tidak boleh dipegang karena kuatir akan membuat pusing. 

Selesai membuat kesepakatan tersebut, kami berdiskusi tentang apa yang bisa mereka rasakan di mobil. Semisal pusing atau mual, saya minta anak-anak langsung memberitahu supaya saya bisa langsung mengoles minyak kayu putih atau ayahnya bisa menepikan mobil jika memungkinkan. Sebelum perjalanan atau saat istirahat di rest area saya katakan mereka harus menyempatkan diri untuk ke toilet. Mereka juga mungkin akan merasakan sesaknya tidur berdesakan di mobil. Saya minta mereka menerimanya tanpa bertengkar demi sejengkal tempat untuk meletakkan tangan atau kaki mereka. Saya ajak anak-anak membayangkan kondisi apapun yang bisa terjadi di mobil dan memberi pengertian bahwa apapun bisa didiskusikan dan sebisa mungkin menghindari pertengkaran karena ayah memerlukan konsentrasi saat menyetir mobil. Kami mengulangi kesepakatan kami lagi beberapa kali sebelum jadwal mudik untuk memastikan anak-anak paham.

Saat hari H, selama perjalanan anak-anak melaksanakan apa yang sudah disepakati. Kami sempat berhenti dua kali di rest area, yang pertama karena anak-anak butuh ke toilet dan yang kedua karena ayah mengantuk dan memutuskan tidur dulu sejenak. Alhamdulillah rest area sepanjang tol Jakarta-Brebes cukup nyaman dan lengkap. Kami bisa membeli snack di mini market juga sholat di masjid yang bersih. Kebersihan di toilet pun cukup baik, tidak ada bau yang kurang nyaman dan tidak ada sampah berserakan. Walaupun suasana di mobil relatif aman terkendali, namun tetap saja sempat terjadi keributan kecil karena kakak mual dan tidak mau bermain bersama hingga adiknya marah karena kecewa. Tapi saya ingatkan kembali memang segala rasa tidak nyaman dan hal-hal yang bisa terjadi di luar rencana selama di perjalanan adalah sesuai dengan sunatullah yang sudah disebutkan dalam hadist Nabi. Tapi jika kita sabar dan pasrah, Allah menjanjikan akan mengabulkan doa kita. Jadilah anak-anak kami ajak berdoa supaya kakak kembali sehat dan kami dapat segera sampai di tujuan dengan selamat. Syukurlah anak-anak terhibur karena bisa berdoa meminta mainan 😁. 


ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) do’a yang tidak diragukan lagi yaitu: (1) do’a orang yang terzholimi, (2) do’a seorang musafir, (3) do’a orang tua pada anaknya.” (HR. Ahmad 12/479 no. 7510, At Tirmidzi 4/314 no. 1905, Ibnu Majah 2/1270 no. 3862. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini)
Alhamdulillah perjalanan mudik tahun ini relatif lancar tanpa gangguan yang cukup berarti. Setiap kali akan berpindah lokasi maupun pergi silaturahim, saya sempatkan melakukan briefing lagi untuk memastikan anak-anak mengetahui tujuan dan harapan kami pada mereka. Anak-anak juga jadi bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik. Saat berkunjung ke rumah keluarga besar anak-anak sudah mengetahui berapa lama perjalanan dan berapa lama kami akan berada di sana sehingga mereka bisa membawa buku, mainan atau apapun yang bisa membuat mereka tidak merasa bosan. Saya juga menjelaskan dengan detail makanan/minuman apa saja yang boleh mereka makan/minum mengingat anak kedua saya memiliki alergi tertentu. Saya senang anak-anak lebih terarah dengan adanya briefing. Anak-anak juga relatif lebih tenang dan bisa mengendalikan diri. Tentunya insiden di luar briefing juga kadang terjadi, tetapi karena anak-anak juga sudah mengetahui konsuekuensi dari setiap tindakan mereka maka penanganannya pun menjadi lebih mudah. Dari travelling ini kami telah belajar banyak hal, terutama belajar bersabar dan untuk selalu berprasangka baik pada Allah dan pada satu sama lain. 


You Might Also Like

22 comments

  1. Bagus banget mba tulisannya. Emang ya anak2 itu harus diberi pengertian biar mereka pun paham hehe. Makasih ilmunya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..aku pun jadi belajar ilmu komunikasi sm anak2

      Delete
  2. Wah, senengnya yang mudik lebaran sambil liburan...Insya Allah kalau dibiasakan anak-anak jadi senang roadtrip begini dan sangat menikmati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes..bener banget. Mulai membiasakan briefing utk kegiatan apapun yg melibatkan anak2

      Delete
  3. Senangnya bisa berlibur sambil mudik bersilahturahmi bersama keluarga :)

    ReplyDelete
  4. The power of briefing. Sharingnya keren mba. Kadang kitanya sotoy banget,padahal anak-anak mah kalo biasa dikasih pengertian begini pelab-pelan pasti ikut teratur ya mba. Thank you sharingnya ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insyaa Allah mba..krn anak2 sebetulnya lebih cepat belajar

      Delete
  5. Mudik...keren ceritanya. Pastinya seneng ya anak-anak ketemu sama nenek n kakeknya. Bakal jadi cerita untuk teman-temannya di sekolah..goodluck mba...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa..mudik selalu punya cerita n kenangan tersendiri. Hehe

      Delete
  6. Inspiratif mbak postingannya. Saya belum pernah berpikir jika harus briefing anak saat akan perjalanan jauh. Eh main ancam aja. Hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya..sy pun msh belajar. Tyt briefing ini sukses ngurangin adegan ancam-mengancam dan bisa dilakukan utk kegiatan apapun yg melibatkan anak2. Makasii banyak sdh mampir

      Delete
  7. Wah lengkap sekali persiapannya. Sampai ada briefing untuk anak-anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe briefing ini ternyata berguna banget utk mengurangi kejadian2 yg ga diinginkan selama di perjalanan.

      Delete
  8. MasyaAllah ... Inspiratif ini, Mbak. Anak-anak memang perlu banget diberikan briefing yang jelas beserta alasannya. Tahu sendiri kan, yang namanya anak-anak pada pinter ngeles kayak bajaj hahaha ... Thank you tulisannya, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyakk.. sy msh belajar banyak utk briefing dan teknik komunikasi lainnya ke anak2

      Delete
  9. Waa.. mudiknya ke Jogja kah? Perjalanan sama anak selalu mengasyikkan ya mbaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyah..ke Jogja dan Tegal. Bener banget perjalanan sm anak2 selalu seru n menantang. Hehe

      Delete
  10. Subhanallah.. bunda bener-bener komunikatif dengan anak, salut deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maasyaa Allah, sy masih harus banyaakk belajar, mba. Makasii yaa sdh mampir

      Delete