Memilih Buku untuk Balita


Bagi saya buku adalah teman. Waktu saya kecil dulu mungkin buku anak belum sebanyak sekarang. Apalagi saya tinggal di kota kecil yang minim toko buku. Tetapi sejak kecil ibu saya tetap menanamkan kebiasaan membaca lewat majalah maupun tabloid anak yang kehadirannya selalu saya dan adik-adik nantikan setiap pekannya. Lewat majalah, kami jadi lebih banyak membaca pengetahuan umum, cerita pendek, komik maupun mengerjakan lembar aktivitas yang tersedia. Lewat majalah pula kami belajar bersabar saat mengikuti cerita bersambung, menunggu pengumuman pemenang kuis atau menunggu surat kami dimuat. Rasanya majalah dan tabloid anak sudah menjadi bagian tak terpisahkan bagi saya dan adik-adik kala itu.

Dari pengalaman saya saat kecil, sekarang saya pun ingin menularkan kebiasaan membaca kami pada anak-anak. Beruntung sekarang buku anak sangat berlimpah ruaahhh.. toko buku offline dan online mudah diakses, bahkan event2 pameran buku diskon pun semakin memanjakan pecinta buku. Konten buku juga sangat beragam. Mulai dari cerita fantasi hingga pengetahuan. Demikian pula materinya, sangat variatif mulai dari kertas biasa, kertas tebal (board book) hingga kain. Namun kondisi ini pun ternyata memunculkan tantangan yang berbeda bagi saya dalam memilihkan buku yang baik untuk anak-anak. Dalam artikel ini saya akan mencoba sharing sedikit pengalaman saya dalam memilih buku untuk anak usia 0-5th. Insyaa Allah artikel selanjutnya saya akan membahas tentang pemilihan buku untuk rentang usia selanjutnya.


Sebagian buku anak-anak koleksi kami


Usia 0-1 tahun
Untuk newborn baby, sebenarnya buku yang paling banyak direkomendasikan adalah buku high-contrast yang berwarna hitam putih untuk menstimulasi kemampuan visualnya yang belum sempurna. Namun dulu saat anak pertama saya bayi, sayang sekali saya jarang menemukan alternatif buku semacam ini. Kalaupun ada, itu adalah buku impor yang cukup mahal bagi kantong saya kala itu. Jadilah saya mencari alternatif buku lain yang lebih ramah di dompet 😅😄
Pilihan saya saat itu adalah buku kain produksi lokal. Pertimbangan utamanya tentu karena harganya lebih murah dibanding buku impor. Selain itu buku kain menurut saya lebih tahan banting karena selain kain relatif lebih lembut dibandingkan kertas, buku kain tidak kusut jika diremas dan tidak mudah sobek jika ditarik. Satu hal lagi yang paling saya suka dari buku kain adalah bahannya yang memungkinkan buku bisa dicuci berkali-kali seperti pakaian. Jadi saat basah, kotor terkena makanan atau"dicicipi" si bayi yang masih suka memasukkan benda apapun ke mulutnya, buku tersebut bisa dicuci dan bersih kembali. 
Dalam perkembangannya, buku kain ini makin memiliki banyak variasi. Ada yang dilengkapi dengan teether di pinggirannya untuk media gigit bayi yang masih dalam fase oral dan ada pula yang diberi lapisan bahan berbagai tekstur, juga bahan yang bisa berbunyi kresek-kresek untuk menstimulasi indra bayi. Ada yang seperti buku cerita 2 dimensi biasa dan ada pula yang 3 dimensi dengan menyertakan objek yang bisa dipegang.

Usia 1-2 tahun
Di usia ini pilihan utama saya adalah board book yang memiliki kertas tebal dan tidak mudah sobek atau rusak jika di-abuse oleh anak 😜😅 Kelemahannya tentu harganya lebih mahal dibanding paperback book sehingga saya harus menyediakan anggaran khusus untuk membeli board book. Tapi dari segi durabilitasnya, board book sangat awet bahkan hingga bertahun-tahun dengan penggunaan wajar.
Pada usia 1-2 tahun ini saya juga mulai memperkenalkan anak dengan buku dari kertas biasa. Biasanya saya memberikan majalah yang ukurannya cukup besar supaya anak lebih mudah berlatih membuka halaman-halamannya. Sengaja pada awalnya saya berikan majalah, karena jika sobek atau kusut saya tidak akan terlalu menyesalinya dibandingkan jika buku yang sobek. hehehe. Tetep ya..pikiran emak-emak macam saya memang inginnya sekali beli buku, bisa diwariskan ke adik-adiknya supaya irit 😍
Untuk pilihan konten bukunya, saya lebih memilih picture book dengan kata-kata yang lebih sederhana dan ilustrasi yang menarik. Prioritas di usia ini adalah buku tentang Tauhid, pengenalan bentuk, nama-nama benda, nama-nama hewan, warna dan cerita sederhana untuk memperbanyak kosakatanya. Saya juga memberikan beberapa buku berjenis touch and feel book yang memiliki beberapa tekstur sehingga anak dapat meraba dan mengenal beberapa tekstur seperti halus, kasar, keras, lembut, licin dan sebagainya.

Usia 2-5 tahun
Saat usia anak sekitar 2-5 tahun, biasanya anak-anak sudah mulai lebih berkembang motorik halusnya. Mereka sudah mulai bisa membuka-tutup buku dengan lebih baik. Variasi buku anak yang bisa diberikan pun menjadi lebih banyak, seperti story book, sound book, flip-flap book, scratch and smell book, pop-up book dan sebagainya. Hmm.. sepertinya perlu buat post tersendiri yang mengulas jenis-jenis buku ini ya..karena jika dijelaskan di sini akan cukup panjang 😆 Intinya, anak-anak di usia ini sudah cukup siap untuk memperoleh berbagai pengalaman baru dalam menjelajah dunia buku.
Untuk isi bukunya sendiri, di usia ini saya juga mulai memberikan variasi yang lebih beragam. Tidak lagi melulu cerita tentang hewan yang lucu-lucu atau tokoh yang mungkin dia sukai, tetapi mulai memperbanyak buku dengan konten religi. Bersyukur saat ini mulai baaaanyak buku anak Islam yang sederhana tapi syarat makna yang cocok bagi anak usia dini.


Salah satu buku favorit saya dari Set Talqin Akhlak Anak: Bunda Tercinta karya Abunnada


Sebagai catatan, ada beberapa hal yang saya perhatikan dalam memilih buku anak, di antaranya:
1. Mengajarkan tauhid dan tidak melanggar akidah
Dulu saya sempat menuruti kesukaan anak-anak yang menyukai tokoh fairy / peri yang biasanya digambarkan cantik dan imut. Lalu setelah diingatkan dalam sebuah kajian, saya jadi sadar kalau hal-hal semacam itu bisa menodai akidah anak karena biasanya si tokoh akan meminta sesuatu atau bantuan kepada peri dan dikabulkan seketika. Walaupun mungkin kita bisa menjelaskan pada anak bahwa peri itu tidak nyata, tapi dikhawatirkan anak akan merasa segala keinginannya harus dengan gampangnya terwujud. Lebih parah lagi kalau anak jadi tidak terbiasa meminta hanya kepada Allah. Oleh karenanya lebih baik saya pilih menyingkirkan buku-buku sejenis itu dan lebih selektif dalam memilih buku selanjutnya. 

2. Diksi atau pemilihan kata
Saya selalu berusaha memberikan buku dengan variasi tema agar kemampuan bahasa anak-anak semakin berkembang. Untuk buku, saya menyukai buku dengan bahasa baku karena saya pikir anak-anak bisa mempelajari bahasa pergaulan dari percakapan sehari-hari, sementara bahasa formal lebih jarang digunakan. Saya juga lebih menyukai buku yang ditulis dengan sajak/rima (rhyme) karena biasanya anak-anak akan mendapatkan kosakata yang lebih banyak dari buku tersebut. Saat dibacakan, buku bersajak juga akan terdengar lebih menarik dan secara auditory anak-anak akan belajar lebih peka terhadap kata-kata dengan bunyi yang mirip. 

3. Memiliki value yang positif
Bagi saya, buku sebaiknya tidak hanya sesuatu yang bersifat menarik, tetapi lebih jauh harus memiliki nilai yang bermanfaat bagi anak seperti ilmu pengetahuan atau pengembangan karakter. Sebisa mungkin saya menghindari buku yang banyak bercerita tentang pesta dan kemewahan atau buku dengan ilustrasi tokoh yang berpakaian kurang sopan. Penting banget ya? Menurut saya cukup penting karena saya berusaha menjaga fitrah anak dengan menghindari ide bahwa pakaian mini terlihat cute, pesta-pesta terlihat sangat menarik dan sebagainya. 
Sebisa mungkin saya juga memilih buku yang mengajarkan kebiasaan baik walaupun lewat hal-hal sederhana seperti kebiasaan mencuci tangan, menjaga kebersihan, meminta tolong, berterima kasih, meminta maaf, hormat pada orang tua dan sebagainya.

4. Mengajarkan anak mengenali perasaan
Banyak psikolog yang menganjurkan orang tua untuk mengajarkan anak mengenali perasaannya seperti senang, sedih, marah, lapar, mengantuk dan lain-lain. Tujuannya supaya anak bisa mengendalikan emosinya, tidak mudah tantrum saat memiliki perasaan kurang nyaman dan bisa mencari solusi akan masalahnya sendiri kelak. Dengan mengenali emosi, anak juga akan bisa mengembangkan empati pada orang tuanya, saudara dan semua orang di sekitarnya. Banyak buku yang bisa digunakan untuk mengajarkan anak mengenali emosinya. Mulai dari buku yang paling sederhana yang hanya menggambarkan ekspresi wajah hingga story book yang dengan menceritakan perasaan tokohnya. 

Kurang lebih demikian sedikit pengalaman saya dalam memilihkan buku untuk anak. Satu hal penting lainnya yang tidak boleh dilupakan adalah sebaik-baiknya buku bisa menjadi tidak bernilai jika orang tua tidak meluangkan waktu untuk membacakan dan memahamkannya pada anak-anak. Orang tua juga bisa lebih kreatif dan tidak terlalu terpaku dengan text yang ada dalam buku. Saat membacakan buku tentang nama-nama hewan dan buah misalnya, orang tua bisa memberikan muatan tauhid dengan menyebutkan bahwa setiap hewan dan buah adalah ciptaan Allah. Demikian pula saat membacakan cerita, orang tua juga bisa mengembangkannya misal dengan bertanya pada anak bagaimana kira-kira perasaan tokohnya lalu berikan penjelasan-penjelasan yang sekiranya diperlukan. 
Nah..sharing yuk, kalau ayah / bunda bagaimana pertimbangan utamanya dalam memilihkan buku untuk ananda?



You Might Also Like

8 comments

  1. Mba lengkap banget sharingnya. Masya Allah, galfok sama huruf hijaiyah animal series dirumah punya. Ponakan senemg banget sama buku itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya..bagus ilustrasinya buat belajar huruf hijaiyah sekaligus mengenal beberapa nama-nama hewan dalam Bahasa Arab

      Delete
  2. Tergantung keperluan mbak. Dulu masih kecil yang bergambar. Begitu SD senengnya kkpk, sekarang udah nglirik novel hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. yupp..buat early readers awalnya picture book yang mungkin paling menarik perhatian mereka. Kalau sudah bisa baca baru ngelirik yang lebih banyak tulisannya yaa

      Delete
  3. Terima kasih sharingnya mba, dulu waktu anak-anak masih kecil saya juga sering membacakan buku-buku. Sekarang anak saya yang sulung sudah kelas 12, sesekali masih dibacakan buku, atau dia yang membacakan buku buat saya ditambah dengan diskusi dan reviunya. Selain menambah pengetahuan, buku juga mempererat komunikasi.

    ReplyDelete
  4. Terima kasih sharingnya mba, dulu waktu anak-anak masih kecil saya juga sering membacakan buku-buku. Sekarang anak saya yang sulung sudah kelas 12, sesekali masih dibacakan buku, atau dia yang membacakan buku buat saya ditambah dengan diskusi dan reviunya. Selain menambah pengetahuan, buku juga mempererat komunikasi.

    ReplyDelete
  5. Sharing yang bermanfaat. Anakku sukanya buku yang serba princess mba.

    ReplyDelete
  6. makasih sheringbya mba ryan.. baru tahu untuk bayi harus buku yg kontras yaa

    ReplyDelete