Oleh-oleh Ilmu dari Guci

Guci: Salah satu bukti Keagungan Allah.

Akhirnya..setelah sekian puluh purnama, keluarga kami bisa kembali mengunjungi Taman Wisata (TW) Guci pada bulan Juni 2018 yang lalu. Libur lebaran yang disambung libur kenaikan kelas membuat liburan tahun ini cukup panjang sehingga kami bisa lebih lama bersantai di kampung halaman saya di Tegal. Mungkin masih jarang ya.. yang mengetahui adanya TW Guci yang terletak di Kabupaten Tegal, tepatnya di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa. Taman Wisata ini berlokasi di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 m, sekitar 40 km dari pusat kota Tegal. Di areal Guci yang memiliki luas 210 ha, terdapat banyak spot wisata seperti beberapa air terjun berair panas dan dingin juga kolam renang air panas. Untuk masuk ke lokasi wisata, pengunjung diwajibkan membayar Rp 4.000 - Rp 7.000 saja per orang. Setelah masuk ke lokasi, pengunjung bisa memilih untuk mandi di air terjun atau berenang di kolam renang air panas. Ada spot yang gratis dan ada pula yang berbayar. Sayangnya saya tidak memiliki informasi akurat mengenai tarif di setiap spot-nya. Yang jelas harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan obyek wisata di ibu kota.

Saat kami tiba di sana sekitar pukul 14, suhu udara kala itu sekitar 17 °C. Cukup dingin dibandingkan suhu di kota Tegal yang saat itu di kisaran 31°C. Kami langsung menuju Wana Wisata Guci, yang merupakan salah satu spot kolam renang air hangat dengan villa di sekitarnya. Sehari sebelumnya kami memang sudah memesan villa untuk bermalam di sana. Ada beberapa jenis villa yang ditawarkan, tapi karena fully booked kami tidak bisa lagi memilih. Dengan membayar sekitar Rp 1.000.000, ternyata kami mendapat villa yang cukup luas dengan 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang tamu yang luas dan dapur dengan free 1 galon air mineral. Cukup untuk kami yang saat itu juga berangkat bersama keluarga adik saya dan kedua orang tua kami. 


Beberapa pilihan villa di Wana Wisata Guci

Setelah check in dan meletakkan barang-barang di villa, anak-anak langsung minta berenang. Kami pun berjalan ke kolam renang yang lokasinya hanya sekitar 50 meter dari villa. Suasana kolam saat itu tidak begitu ramai karena gerimis mulai turun. Walaupun ditemani hujan rintik-rintik, tetapi anak-anak sangat antusias berenang karena airnya hangat. Kalau biasanya anak-anak hanya bertahan maksimal 1 jam di kolam renang biasa, di Guci mereka sangat susah diajak berhenti berenang. Selesai berenang, barulah mereka merasakan suhu yang sesungguhnya di Guci. Saat berjalan menuju villa mereka mulai kedinginan, untunglah villa dilengkapi bath tub dan air panas sehingga mereka bisa berendam untuk menghangatkan diri sebelum berganti pakaian. Saran saya jika akan bermalam di sana, bawalah pakaian panjang lengkap dengan kaos kaki dan jaket. Bawa juga minyak kayu putih atau obat-obatan lain untuk berjaga-jaga jika ada yang tidak kuat dengan suhu dingin. 

Kolam renang air panas Wana Wisata Guci

Sebenarnya saat itu kami membawa tenda dan berniat ingin camping ala-ala di depan villa. Tetapi karena suhu malam itu sangat dingin setelah Guci diguyur hujan, jadilah kami membangun tenda di dalam villa untuk anak-anak bermain 😀😀. Di dalam villa juga disediakan extra bed tanpa extra biaya, jadi jika membawa banyak keluarga tidak perlu kuatir tidak kebagian kasur. Yang perlu disiapkan sendiri hanyalah sprei dan selimut jika kita termasuk yang risih menggunakan perlengkapan yang sudah disediakan di sana. Karena cuaca di sana selalu dingin, memang sprei dan sebagainya akan terasa lembab. Pastinya lebih nyaman jika kita membawa sendiri perlengkapan tidur dari rumah. Tapi jika kita sudah merasa cukup hangat dengan jaket dan pakaian panjang, pastinya fasilitas yang disediakan di sana sudah terasa cukup nyaman. Untuk makanan, sebenarnya di sekitar villa cukup banyak rumah makan atau warung. Tetapi kami memilih untuk membawa sendiri beras, rice cooker, lauk pauk hingga cemilan. Alhamdulillah ternyata bermanfaat karena saat malam hari turun hujan dan suhu menjadi lebih dingin sehingga membuat malas pergi ke luar villa. 

Keesokan harinya, begitu bangun tidur anak-anak minta berenang lagi. Ternyata kolam yang kecil belum terisi karena mungkin baru dibersihkan. Entah jam berapa kolam tersebut bisa dipakai setiap harinya. Jadilah anak-anak berenang di kolam yang lebih dalam. Di kolam tersebut airnya lebih hangat dibanding kolam kecil dan karena hari masih pagi, pengunjung yang berenang hanyalah orang-orang yang memang menginap di villa sehingga suasana masih sangat lengang. Saat anak-anak berenang di kolam, orang tua kami memutuskan ingin langsung berendam di air terjun. Sayangnya anak-anak tidak mau ikut ke sana karena harus berjalan naik turun di tengah angin dingin.

Karena masih pagi, suasana di kolam air panas pun masih relatif sepi.
Pemandangan dari Wana Wisata Guci: hijau yang menenangkan

Setelah puas berenang, kami pun segera kembali ke villa. Angin membuat suhu yang dingin terasa sangat menusuk. Bahkan setelah mandi dan memakai jaket, anak-anak masih merasa kedinginan. Oiya jika merencanakan akan berenang lebih dari sekali, ada baiknya membawa handuk ekstra untuk berjaga-jaga jika handuk yang telah digunakan sebelumnya belum kering dijemur. 

Tidak lengkap rasanya jika ke sana tanpa mencicip makanan khas di sana. Begitu mungkin yang dipikirkan papa saya. Maka papa pun berjalan ke warung untuk membeli aneka gorengan dan lontong nasi. Saat dingin dan perut lapar, gorengan hangat itu pun terasa sangat nikmat. Kabarnya di sana juga ada pecel yang nikmat, tapi sayang saat di sana saya tidak sempat merasakannya. 

Selesai beres-beres, kami pun segera check out karena kami berencana mampir ke Air Terjun/Curug Jedor yang terletak di dekat villa. Air Terjun Jedor ini adalah air terjun yang dingin airnya. Bagi pengunjung yang menginap di Wana Wisata Guci, tidak perlu lagi membayar retribusi untuk masuk ke lokasi Curug Jedor. Biasanya lokasi air terjun ini bisa digunakan untuk piknik santai maupun kegiatan outbond, namun karena kami sudah kehabisan pakaian dan makanan maka kami hanya mampir sebentar untuk berfoto dan merasakan dinginnya air. Saya kuatir jika anak-anak dibiarkan main di sana lebih lama kemungkinan pakaian mereka akan basah sementara mereka sudah tidak memiliki baju ganti. Pemikiran emak-emak banget kan ya.. hehe. Sedikit review mengenai OW Guci, sayang sekali saya melihat masih banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan kendati di sana banyak tempat sampah yang disediakan. Pihak pengelola juga agaknya tidak memiliki cukup personel untuk mengelola sampah-sampah yang menumpuk di sana-sini sehingga di beberapa tempat sampah masih nampak mengganggu pemandangan. Semoga ke depannya pengelolaan sampah di Guci bisa menjadi perhatian tersendiri dan masyarakat pun semakin memiliki disiplin dalam menjaga kebersihan.


Pemandangan di Curug Jedor

Sepulang dari Guci saya masih punya PR. Anak-anak ternyata cukup kritis bertanya bagaimana bisa mata air di Guci mengeluarkan air panas, dan bagaimana bahkan ada air terjun yang panas dan dingin terletak berdekatan. Saat itu saya hanya menjawab air panas keluar karena Gunung Slamet merupakan gunung berapi yang memiliki dapur magma di dalam tanah. Rupanya anak-anak belum puas, karena memang jawaban saya belum komplit dan bahkan saya pun merasa penasaran. Saya ingat saat sekolah, guru saya pernah memberi tugas dengan pertanyaan yang mirip tetapi sayang saya lupa jawabannya. Hehe. Akhirnya saya pun hanya bisa berjanji pada anak-anak untuk segera mencari tahu jawabannya. 

Setelah membuka-buka e-book IPA di Google (hihi), akhirnya saya mendapatkan jawabannya. Begini penjelasan awamnya. Jika di dalam bumi terdapat sumber panas seperti magma, maka lapisan batu di atasnya akan menjadi batuan panas. Sementara jika di atas permukaan bumi terjadi hujan, maka air yang masuk ke dalam rongga tanah atau sela-sela batuan akan mengalami pemanasan dengan adanya batuan panas tadi. Seiring dengan pertambahan volume air dan suhu air yang terus meningkat, tekanan air pun semakin meningkat dan mendorong air naik ke permukaan bumi melalui celah-celah bebatuan, retakan atau pori-pori tanah. Jika jumlah air ini sangat besar, maka akan terbentuklah mata air panas seperti yang terjadi di Guci. Jika di sana juga terdapat air terjun yang dingin, berarti air terjun tersebut memiliki sumber air yang berbeda dengan mata air panas. Kemungkinan sumber airnya langsung dari air hujan yang terbawa melalui aliran sungai. 

Alhamdulillah anak-anak cukup paham dengan penjelasan singkat bundanya. Sebenarnya agak deg-degan kalau ditanya bagaimana bisa terbentuk air terjun. Walaupun sempat juga membaca tentang itu, tapi rasanya belum cukup referensi untuk memahamkannya pada anak usia 8 dan 6 tahun yang sedang kritis-kritisnya itu. Bersyukur, dengan travelling saat itu anak-anak bisa menambah pengetahuan mereka dan pengetahuan bundanya juga. Hihi. Semoga jadi ilmu yang bermanfaat ya Nak..

Notes: Artikel ini ditulis sebagai bagian dari tugas Training Blogging for Beginner






You Might Also Like

4 comments

  1. Hallo, salam kenal Mbak. Oleh-olehnya sangat bermanfaat, jadi ikutan belajar dari postingan ini hehehehe. Keep blogging ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasiih mba.. doakan supaya sy tetap konsisten

      Delete
  2. Bagus kak liburan sekalian belajar, apalagi buat ilmu pendidikan anak 👍

    Aku jadi kangen Guci, pengin kesana lagi.
    Kata sodaraku yang tinggal di Brebes, katanya sekarang Guci makin banyak fasilitasnya dan ditata lebih keren ya ?.

    ReplyDelete